Sebelum kita melangkah lebih jauh membahas mengenai perilaku konsumen dan segala aspek yang lingkupinya, perlu mengenal dan memahami perilaku konsumen secara definitif.
Berikut ini beberapa pengertian tentang perilaku konsumen
1. Menurut American Marketing Association atau disingkat AMA
Mendefinisikan bahwa perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di mana manusia melakukan aspek dalam hidup mereka. Paling tidak ada tiga ide penting dalam definisi di atas, yaitu: perilaku konsumen adalah dinamis, perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan keja dian di sekitar, dan hal tersebut melibatkan pertukaran (Peter & Ol son, 2000)
- Perilaku konsumen adalah dinamis. Definisi di atas menekankan bahwa perilaku konsumen itu dinamis berarti seorang konsumen, grup konsumen, serta masya rakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi perilaku konsumen, demikian pula pada pengembangan strategi pemasaran. Dalam hal studi perilaku konsumen, salah satu implikasinya adalah generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk satu jangka waktu tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu. Dengan demi kian para mahasiswa perilaku konsumen harus berhati-hati untuk tidak terlalu menggeneralisasi teori ataupun semua riset. Dalam hal pengembangan strategi pemasaran, sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa suatu strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama di sepanjang waktu, pasar, dan industri. Walau pun hal ini tampak sederhana, namun banyak perusahaan gagal menyadari kebutuhan untuk mengadaptasi strategi pemasaran di pasar yang berbeda.
- Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar. Ini berarti bahwa untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa serta di mana (kejadian di sekitar) yang memengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen. Di sini kita tidak boleh hanya menganalisis dampak kejadian di sekitar terhadap pengaruh, kognisi, atau peri laku seperti yang biasanya dilakukan dalam riset dasar. Tetapi apakah kita sedang mengevaluasi seorang konsumen, pasar sasaran atau keseluruhan masyarakat, analisis ketiga dari elemen tersebut sangat berguna untuk memahami dan mengembangkan strategi pemasaran.
- Perilaku konsumen melibatkan pertukaran di antara individu. Hal ini membuat defnisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan. definisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan pertukaran.. Kenyataannya peran pemasaran adalah untuk menciptakan per tukaran dengan konsumen melalui formulasi dan penerapan strategi pemasaran.
2. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995)
Mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Subjek ini dapat diancangi dari beberapa perspektif yang semuanya dipertimbangkan, yaitu: 1) pengaruh konsumen (consumer influence); 2) menyeluruh (wholistic); dan 3) antarbudaya (intercultural).
3. Menurut pendapat pakar yang lain dalam bukunya Anwar P.M. (1998), yaitu:
- David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta (1984), mengemukakan bahwa "Consumer behavior may be defined as decision process and physical activity individuals angage in when evaluating, acquiring, using or disposing of goods and service." (Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang melibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa).
- Gerald Zaltman dan Melanie Walendorf, menjelaskan bahwa "Consumen behavior are acts, processes and social relationships exhibited by individuals, groups and organizations in the obtain ment, use of, and consequent experience with products, service and other resources." (Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalaman nya dengan produk, pelayanan, dan sumber-sumber lainnya).
Berdasarkan dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa peri laku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan.
4. Menurut Handi Irawan (Wikipedia,2012), Perilaku Konsumen Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu:
- Berpikir jangka pendek (short term perspective), ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instan.
- Tidak terencana (dominated by unplanned behavior). Hal ini ter cermin pada kebiasaan impulse buying, yaitu membeli produk yang kelihatan menarik (tanpa perencanaan sebelumnya).
- Suka berkumpul. Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi). Salah satu indikator terkini adalah situs social networking seperti Facebook dan Twitter sangat di minati dan digunakan secara luas di Indonesia.
- Gagap teknologi (not adaptive to high technology). Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.
- Berorientasi pada konteks (context, not content oriented). Konsumen kita cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan begitu, konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal itu sendiri.
- Suka buatan luar negeri (receptive to COO effect). Sebagian konsumen Indonesia juga lebih menyukai produk luar negeri dari pada produk dalam negeri, karena bisa dibilang kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di Indonesia.
- Beragama (religious). Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah satu karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya. Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh seorang tokoh agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang mengusung simbol-simbol agama.
- Gengsi (putting prestige as important motive). Konsumen Indo nesia amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik "status" walau belum waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap laris terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan, ada tiga budaya yang menyebabkan gengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer. Bu daya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi "pemberontakan" untuk cepat naik kelas. Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengan materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer.
- Budaya lokal (strong in subculture). Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk luar negeri, namun unsur fanatisme kedaerahannya ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku yang lain.
- Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environ ment). Salah satu karakter konsumen Indonesia yang unik adalah kekurang pedulian mereka terhadap isu lingkungan. Tetapi jika melihat prospek ke depan kepedulian konsumen terhadap lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan terhadap mereka.
Comments
Post a Comment