Industri ritel memberikan satu pandangan hidup untuk jutaan orang yang mencari nafkah dalam sektor perekonomian kita. Peritel memberikan barang dan jasa yang kita semua butuhkan, dari makanan hingga alat elektronik. Sebagai salah satu dari perusahaan terbesar nasional, industri ritel menyediakan peluang bisnis yang menjanjikan untuk Anda.
Sektor ritel adalah salah satu segmen dengan tingkat pertumbuhan paling cepat di banyak negara termasuk Indonesia. Sebagian besar peritel meliputi penjualan barang atau jasa dari pihak pembuat, penjual grosir/ partai besar, agen, importir, atau peritel lainnya dan menjualnya kepada konsumen untuk penggunaan pribadi. Harga yang dikenakan untuk barang-barang dan jasa termasuk pengeluaran peritel dan termasuk laba. Setiap tahun, sektor vital dari ekonomi ini menjadi sumber GNP (gross national product) yang tidak bisa dianggap remeh. Untuk memberikan Anda gambaran besar tentang pasar ritel yang kompetitif, kita akan sekilas mem bahas berbagai sisi dan susunan penjualan kepada konsumen. Ingatlah selalu bahwa semua bisnis ini berawal dari konsep sederhana dan tumbuh menjadi berbagai macam proporsi melalui kepopuleran dan tekad yang gigih.
Berikut ini jenis-jenis bisnis ritel
1. Ritel toko
Situasi ritel masa kini terdiri dari berbagai macam toko independen, pusat perbelanjaan, perusahaan diskon, toko pengecer yang menawarkan kenyamanan berbelanja, jaringan peritel nasional maupun internasional, supermarket konvensional dan perusahaan-perusahaan lain dengan skala yang lebih besar. Semua ini tampak mendominasi sektor ritel. Peritel toko beroperasi di lokasi-lokasi penjualan yang didesain untuk menarik konsumen dalam jumlah yang cukup besar agar mau berkunjung ke toko mereka. Pada umumnya toko-toko memamerkan barang jualan secara maksimal dan menggunakan iklan di banyak media massa untuk menarik sebanyak mungkin konsumen. Mereka ini biasanya menjual barang dagangan kepada masyarakat umum atau konsumsi rumah tangga tetapi sebagian juga melayani klien institusi dan bisnis. Ini meliputi bangunan-bangunan seperti toko-toko alat tulis kantor, toko komputer dan software, dealer bahan bangunan, serta usaha ledeng dan toko-toko alat listrik.
2. Ritel khusus
Sementara peritel raksasa seperti Wal-Mart atau Carrefour cenderung untuk menjual barang-barang kebutuhan pokok, para peritel khusus ini cenderung menjual barang-barang sekunder atau tersier. Mereka berfokus pada peningkatan kenyamanan lingkungan rumah tangga, kekayaan pengalaman dalam berbelanja, dan inventaris yang memenuhi kebutuhan pelanggan yang menjadi target dengan frekuensi yang bisa disesuaikan. Toko-toko kecil menunjukkan kekuatan dan keuletan yang mencengangkan di hadapan persaingan dari peritel skala besar dan gerai-gerai e-commerce yang banyak bermunculan saat ini. Me reka menawarkan atmosfer yang lebih hangat, dan mungkin sebuah pemilihan barang dagangan yang lebih bervariasi dan lebih dalam. Banyak toko bisa dimiliki dan dijalankan oleh satu orang dengan bantuan yang seadanya. Dibandingkan dengan pengoperasian manufaktur, bisnis ritel khusus relatif lebih mudah dibangun pada awalnya baik secara keuangan dan pengelolaan. Namun sejumlah kegagalan bisa terjadi karena kurangnya modal, lokasi usaha yang buruk dan analisis pasar yang tidak memadai.
3. Peritel non-toko
Saat Anda melihat berbagai variasi peluang bisnis dalam sektor ritel, yakinlah dan sertakan sektor ritel non-toko ke dalamnya. Bisnis bisnis ini sebagian besar berkaitan dengan penjualan ritel produk melalui TV, belanja elektronik, kertas dan katalog elektronik, pengundangan dari pintu ke pintu, demonstrasi dalam rumah, kios portabel, mesin pengecer, dan pemesanan via pos. Dengan penjualan eceran di tepi jalan sebagai pengecualian, bisnis-bisnis ini tidak biasanya mempertahankan saham untuk dijual dengan premis. Ada be gitu banyak manfaat yang bisa dituai dari jenis ritel ini. Di antaranya. ialah pembelian, pemeliharaan dan perlindungan inventaris besar tidaklah diperlukan saat Anda memiliki kontrak dengan pihak lain untuk menangani urusan-urusan ini.
4. Pemesanan via pos
Dari buku hingga brosur dasar, katalog sudah banyak dikenal bagi mereka yang tinggal jauh dari keramaian pusat perbelanjaan. Katalog juga akrab bagi para manula, mereka yang suka barang/jasa yang tidak dijual bebas atau memiliki spesifikasi yang kurang lazim, dan bagi orang-orang yang kurang suka berbelanja berdesakan. Dengan pemesanan via pos, katalog berisi barang yang dijual bisa dikirimkan ke ribuan pembeli potensial pada satu waktu untuk bisa menaikkan angka penjualan atau menghasilkan konsumen yang riil. Perusahaan pemesanan via pos termasuk bisnis barang jualan, perusahaan yang menjual barang-barang khusus dengan banyak variasi, perusahaan yang menjual benda-benda baru, berbagai jenis klub (CD, DVD, buku) dan sebagainya. Dalam banyak kasus, katalog dikirimkan ke konsumen potensial dalam ceruk pasar tertentu secara berkala. Anda bisa bekerja di luar rumah. Daftar alamat pos yang paling baru ialah kunci untuk mendapatkan laba dengan pemenuhan kebutuhan dasar pelanggan dan dukungan database yang berhubungan.
5. Internet
Internet sudah mengubah kondisi industri ritel masa kini, menghubungkan perusahaan dengan perusahaan lain dan pasar lain serta pelanggan individu. Peritel yang tidak memahami dampak internet. pada tokonya dan saluran katalognya berpeluang untuk meremehkan investasi di Internet, kehilangan peluang untuk mencetak angka pen jualan di semua kanal, menurut Ken Cassar, analis senior dari Jupiter Communications. Terlepas dari jenis-jenis bisnis ritel yang hendak Anda dirikan, Anda tidak bisa mengabaikan internet. Jangan jadikan internet sebagai penghambat pula. Setiap jenis ritel memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri sehingga Anda harus memutuskan pendekatan-pendekatan mana yang Anda hendak gunakan dalam bisnis Anda.
6. Mesin pengecer otomatis.
Mesin pengecer otomatis telah menjadi konsep bisnis yang terbukti ampuh selama lebih dari satu abad. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, kudapan dan soda meraup angka penjualan lebih dari 20 miliar dollar di tahun 1999. Berkenaan dengan penjualan lain, memiliki produk yang tepat di tempat yang tepat pada saat yang tepat ialah kuncinya. Bisnis ini sangat menarik karena biaya pendiriannya yang rendah, modal kerja yang sedikit, dan biaya yang rendah.
Jenis-jenis bisnis ritel menurut Davidson (1988) dan Berman & Evans (1992) dikutip oleh Asep S. Sujana (2005)
Jika dirinci, jenis-jenis bisnis ritel menurut Davidson (1988) dan Berman & Evans (1992) dikutip oleh Asep S. Sujana (2005) dikelompokkan kedalam empat jenis, yaitu, 1) berdasarkan kepemilikan bisnis, 2) berdasarkan kategori barang dagangan, 3) berdasarkan luas area penjualan, dan 4) berdasarkan peritel tanpa toko.
1. Jenis bisnis ritel berdasarkan kepemilikan bisnis
Bisnis ritel yang termasuk dalam kelompok ini ada tiga jenis, yaitu:
a. Toko waralaba
Toko waralaba atau franchise stores adalah toko ritel yang di bangun berdasarkan kontrak kerja bagi hasil (waralaba) antara pengusaha investor perseorangan (independent business person) dengan pewaralaba (franchisor) yang merupakan pemegang lisensi/nama toko, sponsor, dan pengelola usaha, seperti fast food restaurant, bengkel, toko optikal atau supermarket (McDonald's, Indomart, Alfamart).
b. Rantai toko ritel
Jenis ini merupakan toko ritel dengan banyak cabang dan pada umumnya dimiliki oleh suatu institusi bisnis bukan perorangan, namun dalam bentuk perseroan. Bentuknya seperti rantai toko minimarket atau mega hyperstore, misalnya Hero Supermarket, Sogo Departement Store & Supermarket, Matahari Mall, Rama yana Mall, dan sebagainya.
c. Peritel toko tunggal
Peritel toko tunggal (single store retailer) merupakan jenis bisnis ritel yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umum nya di bawah 100 m', mulai dari kios atau toko di pasar tradisional sampai minimarket modern dan kepemilikannya secara individual.
2. Jenis bisnis ritel berdasarkan kategori barang dagangan
Jenis bisnis ritel ini meliputi toko khusus, toko serba ada, departement store, dan hyperstore.
a. Toko khusus
Toko khusus (speciality store) merupakan toko ritel yang menjual satu jenis barang atau suatu rentang kategori barang (merchandise category) yang relatif sedikit, misalnya apotik, optic store, art shop, toko perhiasan (jewelry store) dan toko buku.
b. Toko serba ada
Toko serba ada (grocery store) merupakan toko ritel yang menjual sebagian besar kategori barangnya yaitu barang kebutuhan sehari-hari (groceries), fresh food, perishable, dry food, beverages, dan cosmetic. Sedangkan toko ritel modern yang sudah mapan telah berbasis grocery retailers, di mana yang mereka jual lebih dari 60% dari assortment (bauran produk) yaitu kebutuhan pokok (basic need), misalnya Makro, hero, Lion Spertindo, dan Tip Top.
c. Departement store
Pada jenis ini sebagian besar assortments yang dijual merupakan non basic items atau bukan kebutuhan pokok, fashionables, dan branded items atau bermerek, dengan lebih dari 80% pola konsinyasi. Item-item grocery jika dijual hanya sebagai pelengkap, misalnya di Ramayana Mall, Borobudur, Pasaraya, dan sebagainya.
d. Hyperstore
Jenis bisnis ritel ini menjual barang-barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas yaitu menjual sebagian besar barang kebutuhan setiap lapisan konsumen, sehingga sedikitnya mem butuhkan luas toko dan area sebesar 10.000 m² dan di Indonesia belum ada seluas ini.
3. Jenis bisnis ritel berdasarkan luas area penjualan
Jenis bisnis ritel ini ada empat, yaitu:
a. Small store adalah toko kecil, seperti kios, yang pada umumnya merupakan toko ritel tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales area kurang dari 100 m².
b. Minimarket, dioperasikan dengan luas sales area antara 100 s/d 1.000 m².
c. Supermarket, dioperasikan dengan luas sales area antara 1.000 s/d 5.000 m².
d. Hypermarket, dioperasikan dengan luas sales area lebih dari 5.000 m².
4. Jenis bisnis ritel berdasarkan peritel tanpa toko
Jenis bisnis ritel ini meliputi multi level marketing (MLM), mail & phone order ritel, dan Internet/online storele-commerce.
a. Multi level marketing, merupakan suatu model penjualan barang secara langsung dengan sistem komisi penjualan berperingkat berdasarkan status keanggotaan dalam peringkat distribusi.
b. Mail & phone order ritel, atau toko pesan antar merupakan perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui surat dan atau telepon. Prinsip dari perusahaan ini mengkompensasikan overhead cost pengoperasian sebuah toko (secara fisik) dengan pengoperasian delivery services. Perusahaan ini mengandalkan ciri khas atau spesialisasi produk dan penerapan kebijakan promosi di media cetak atau elektronik yang gencar.
c. Internet/online storele-commerce. Menurut Colombo (1999) dikutip Asep S. Sujana (2005) penyebab utama kegagalan banyak e-commerce adalah karena begitu didewakannya internet sehingga muncul asumsi keyakinan semua bahwa e-commerce bisa menggantikan kedudukan offline retail store. Padahal menurutnya dalam offline retail store yang tidak tergantikan dengan online retailing store yaitu buying experience (kenikmatan pengalaman berbelanja dengan memilih langsung), aspek rekreasi, dan aspek sosial dari proses berbelanja. Untuk e-commerce yang berhasil ternyata mereka yang mampu mem buat keseimbangan antara online dan offline business processes yaitu keseimbangan antara aktivitas promosi dan penjualan secara online di internet dengan aktivitas tindak lanjut (follow up) secara fisik.
Comments
Post a Comment