Sebelum seseorang mulai berbicara, hendaklah ia membuat persiapan tentang hal-hal yang akan dibicarakannya. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar materi yang disampaikan lebih efektif. Berkaitan dengan hal tersebut, tahapan yang perlu dilakukan pembicara agar memiliki keefektifan dalam berbicara adalah sebagai berikut.
Persiapan Penyajian dan Penutupan Pembicaraan
a. Persiapan
Persiapan berbicara yang efektif meliputi:
1. Pengetahuan
Seorang pembicara perlu memiliki pengetahuan yang mendalam atas hal-hal yang ingin disampaikannya. Penguasaan materi tersebut tentu akan berdampak pada rasa percaya diri kuat ketika berhadapan dengan pendengar.
2. Sistematika (urutan penyajian)
Sistematika yang logis diperlukan agar pembicaraan tidak menyimpang dari pokok materi yang ingin disampaikan.
3. Alat bantu (peraga)
Ketika menyampaikan materi, pembicara dapat menggunakan alat bantu/peraga agar menarik dan hasilnya lebih mudah diterima oleh pendengar.
Alat-alat bantu yang dapat dipakai ketika berbicara adalah sebagai berikut.
- OHP/LCD
- Alat-alat bantu benda nyata
- Alat-alat tiruan (model)
- Skema/gambar-gambar
- Papan tulis
4. Tempat
Dalam konteks ini, persiapan tempat merupakan hal yang sangat penting, terutama bagi seorang pembicara yang belum mahir (pemula).
5. Waktu
Pembicara dapat mempersiapkan waktu seefektif mungkin agar pembicaraan tidak bertele-tele atau panjang lebar. Pembicara yang baik dapat memanfaatkan waktu yang tersedia untuk disesuaikan dengan topik pembicaraan.
b. Penyajian, yang meliputi:
1 Pendahuluan
Hal-hal yang perlu disampaikan dalam pendahuluan antara lain:
- Motivasi yang bertujuan untuk menarik perhatian pendengar
- Tujuan yang berkaitan dengan materi yang ingin disampaikan
- Ruang lingkup pembicaraan yang berfungsi membatasi materi yang akan dibahas agar topik tidak melebar
2. Isi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan materi pembicaraan antara lain
- Jelas
- Menarik
- Terfokus
- Lancar
c. Penutup
Seorang pembicara yang baik dapat menutup pembicaraan dengan tepat waktu sesuai dengan waktu yang disediakan. Penutup pembicaraan hendaknya meliputi hal-hal berikut.
- Ringkasan dari materi yang telah disampaikan dan penekanan kembali terhadap pentingnya materi pembicaraan tersebut.
- Dapat memotivasi pendengar.
- Memberikan saran, ajakan, atau harapan kepada pendengar setelah kembali ke tempat masing-masing.
- Memberikan ucapan terima kasih kepada para pendengar yang disertai dengan permohonan maaf jika ada kesalahan atau kata-kata yang menyinggung perasaan.
d. Estetika berbicara
Estetika berbicara merupakan seni dalam berbicara. Ketika menyampaikan suatu materi, seorang pembicara harus dapat menggunakan estetika untuk menarik perhatian pendengar atau peserta.
Estetika berbicara meliputi aspek-aspek berikut.
1. Pakaian
Cara berpakaian yang bersih dan rapi akan menumbuhkan rasa percaya diri, harga diri, dan menunjukkan kepribadian seseorang. Dengan kata lain, seorang pembicara juga perlu memperhatikan pakaian yang akan digunakannya ketika berbicara di hadapan pendengar.
Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam berpakaian.
- Serasi, baik bentuk maupun warnanya. Keserasian ini dapat disesuaikan dengan kulit atau bentuk tubuh seseorang.
- Sederhana, yakni pakaian yang dipakai harus selalu bersih, rapi, tetapi tidak harus mahal.
- Kelengkapan pakaian harus diperiksa dengan teliti, misalnya, kancing baju,ikat pinggang, kerah baju, dan dasi. Intinya, kita perlu mengetahui apakah kelengkapan pakaian tersebut sudah baik atau belum.
- Sepatu dan kaos kaki hendaknya disesuaikan dengan warna celana yang kita gunakan.
2. Sikap badan
Sikap badan meliputi:
a. Sikap duduk
Duduk dengan sopan, jangan duduk terlebih dahulu di depan para pendengar, dan jangan sering menengok ke belakang. Cara duduk yang baik ialah berdiri dahulu di depan kursi, kemudian sedikit bergerak ke belakang hingga bagian belakang kaki menyentuh kursi. Selanjutnya, perlahan-lahan duduk dalam kursi, sementara badan dari kepala hingga pinggang diusahakan tetap tegak. Usahakan duduk tanpa memegang sesuatu.
b. Sikap berdiri
- Berdirilah dengan tegak dan bertumpu pada kedua kaki.
- Aturlah terlebih dahulu segala sesuatunya agar situasi menjadi tenang. Jika diperlukan, kita dapat mengambil napas dalam-dalam, dada ke depan, bahu ditarik ke belakang, dan menegakkan kepala.
- Pada waktu berbicara sambil berdiri, tangan hendaknya digantungkan di sisi bawah.
3. Pandangan mata.
Ketika berbicara di depan umum, pembicara dapat mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan secara bergantian. Hindari untuk memandang satu orang atau hanya memandang satu tempat (memandang cicak di dinding). Memberikan perhatian kepada seluruh pendengar dapat menumbuhkan kewibawaan seorang pembicara. Namun, jika pembicara masih masuk ke kategori pemula, pembicara dapat mengganti pandangan mata dengan memandang alis pendengar. Hal ini dapat dilakukan untuk mengurangit perasaan gugup atau khawatir. Dengan memandang alis pendengar, pendengar juga masih tetap merasa dirinya diperhatikan. Intinya, ketika berbicara jangan sampai pembicara menundukkan kepala atau membuang muka karena hal itu tidak sopan dan kurang menghargai keberadaan pendengar.
4. Gerak-gerik raut muka/wajah dan tangan
Raut muka dan tangan hendaknya mengikuti isi pembicaraan. Jika isi pembicaraan sedih, raut muka/wajah pun ikut menunjukkan kesedihan. Sebaliknya, jika isi pembicaraan merupakan kabar gembira, raut muka si pembicara juga ikut menunjukkan kegembiraan. Selain itu, penggunaan tangan saat berbicara juga dapat membantu pembicara dalam memvisualkan isi pembicaraan asalkan jangan berlebihan agar tidak mengganggu pendengar.
5. Suara dan ucapan
Setiap orang mempunyai suara yang berbeda-beda. Sebagai pembicara, hendaklah dapat menggunakan suara yang dapat memberikan kesan positif. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
- Pembicara sebaiknya mengucapkan setiap kata-kata dengan jelas, tepat, dan tidak ragu-ragu.
- Tidak monoton (berirama). Seorang pembicara hendaklah bervariasi dalam menyampaikan isi pembicaraan, seperti memberikan tekanan-tekanan pada kata kata atau kalimat tertentu yang dianggap penting. Hal ini perlu dilakukan agar isi materi yang disampaikan tidak monoton atau membosankan pendengar,
- Semangat. Seorang pembicara harus semangat dalam menyampaikan isi materi pembicaraan agar pendengarnya pun ikut semangat dan termotivasi untuk mendengarkan.
- Dapat didengar. Seorang pembicara harus mempunyai suara yang cukup untuk didengar oleh semua pendengar. Jika suara pembicara terlalu keras akan membuat tidak nyaman telinga pendengar. Sebaliknya, jika suara pembicara terlalu pelan, pendengar yang paling belakang tidak dapat mendengarnya,
- Ekspresi (body language). Seorang pembicara ketika menyampaikan materi harus diikuti dengan ekspresi wajah dan tubuh yang sesuai dengan isi pembicaraan. Selain agar tidak monoton, ekspresi ini juga berguna untuk membangun emosi yang sama antara pembicara, pendengar, dan topik pembicaraan yang sedang dijelaskan.
6. Ketegasan
Seorang pembicara hendaknya dapat bersikap tegas dan tidak ragu-ragu dalam menyampaikan materi pembicaraannya. Sikap demikian dapat menumbuhkan kewibawaan pada diri si pembicara sehingga akan lebih dihargai oleh pendengar. Sebaliknya, pembicara yang ragu-ragu atau gugup akan kurang dihargai oleh pendengar.
Modul Menerapkan Prinsip-prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan untuk SMK dan MAK.
Bidang Studi Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Studi Keahlian Administrasi Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran.
Comments
Post a Comment