Benih kerapu batik untuk budi daya diperoleh dari penangkapan di alam dan pembenihan di hatchri. Benih kerapu menyukai daerah tenang yang tidak bergelombang dan tidak berarus kuat. Dengan demikian, daerah daerah berteluk dengan dasar perairan berupa terumbu karang atau patahan-patahan karang yang ditumbuhi lamun dasar perairan berlumpur atau berpasir, merupakan daerah penangkapan benih yang cukup ideal.
Ukuran benih kerapu yang tertangkap sangat tergantung pada kedalaman perairan. Pada kedalaman 0,5-3 m, benih yang tertangkap berukuran kecil. Di perairan yang lebih dalam di atas 4 m), kerapu yang tertangkap berukuran lebih besar. Beberapa alat tangkap yang dapat digunakan untuk menangkap benih kerapu antara lain bagan, pukat pantai, bubu, jaring insang, muroami, pancing, sero, jaring kantong jaring dorong, dan jermal.
Sedangkan benih kerapu batik produksi hatchri tersedia di BBRPBL Gondol-Bali. Benih kerapu batik produksi hatchri, sebagaimana benih ikan laut lainnya, mulai diperdagangkan pada ukuran 3-4 cm atau berumur 40-45 hari.
PEMELIHARAAN KERAPU BATIK DI KJA
Pemeliharaan kerapu batik di KJA yang dimulai dari benih berukuran relatif kecil, memerlukan beberapa tahapan. Tahapan ini antara lain berguna untuk menghindari tingkat mortalitas (kematian) yang biasanya tinggi. Dalam tahapan ini, ikan diseleksi berdasarkan ukurannya, untuk menghindari sifat kanibal (saling memangsa) dan agar pertumbuhan ikan lebih seragam. Dalam pemeliharaan, dibedakan adanya tiga tahap pemeliharaan, yaitu pendederan, penggelondongan, dan pembesaran.
1. Pendederan
Pendederan di KJA harus melalui proses aklimatisasi yang dilakukan dengan dengan cara membuka kemasan berisi benih dan ditempatkan di sisi keramba selama 0,5-1 jam, agar terjadi penyesuaian suhu lingkungan secara perlahan. Kemudian, kantong dibuka dan posisi kantong dimiringkan dengan mulut kantong diturunkan ke arah permukaan air pada keramba pendederan, sehingga air di keramba pendederan sedikit demi sedikit masuk ke dalam kantong. Dengan demikian, benih ikan dapat keluar dari kantong dan dengan sendirinya masuk ke keramba pendederan. Padat penebaran benih kerapu batik di KJA adalah 70-80 ekor/m3. Kemudian, setelah masa pemeliharaan 1,5-2 bulan, tingkat kepadat-an dikurangi menjadi 60-70 ekor/m3 Kepadatan 60-70 ekor/m3 ini dipertahankan sampai masa pemeliharaan benih (pendederan) men capai 2-3 bulan.
Selama pendederan, ukuran pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan lebar bukaan mulut ikan. Sebagai pakannya, dapat digunakan rebon segar (udang kecil berukuran 1 cm) dan daging ikan rucah (minced fish) seperti teri (Stolephorus sp), tembang (Sardinella fimbriata), selar (Selar sp dan Selaroides sp), peperek/tatameri (Leiognathus sp. Secutor sp. Gazza sp), lemuru (Sardinella sirm), dan lain-lain, yang segar dan digiling. Benih juga dilatih untuk memakan makanan buatan, pelet. Jumlah pakan yang diberikan 10-15% per hari dari berat biomassa ikan dengan frekuensi pemberian pakan adalah 3-5 kali/hari. Agar pakan yang diberikan mencukupi maka sebaiknya setiap kali pemberian pakan diberikan hingga ikan benar-benar kenyang.
Agar kerapu dapat memakan pakan buatan maka perlu diubah kebiasaan makannya. Cara ini disebut weaning, yaitu mengubah kebiasaan makan benih dari suatu jenis ke jenis pakan lain yang diinginkan. Pembiasaan makan ini dilakukan pada tahap pendederan. Awalnya benih diberi pakan yang biasa diberikan (pakan lama), tetapi di saat bersamaan mulai diberi pakan yang dikehendaki (pakan baru/pakan buatan) sedikit demi sedikit hingga benih mau memakannya. Perbandingan pakan lama dengan pakan baru adalah 3:1. Pada hari berikutnya, dosis pakan baru ditingkatkan dan pakan lama dikurangi. Demikian seterusnya dilakukan hingga semua benih terbiasa memakan jenis pakan baru.
2. Penggelondongan
Setelah 2-3 bulan di pendederan, benih kerapu batik telah mencapai bobot 80-100 gr/ekor. Karena itu, benih dapat dipindahkan ke dalam keramba penggelondongan yang telah disiapkan Padat penebaran dalam tahap ini sebaiknya berkisar antara 60-70 ekor/m3. Pada tahap penggelondongan ini digunakan jaring polietilen (PE) dengan ukuran mata jaring berkisar antara 0,5-1,0 inci.
Pada tahap ini, ikan kerapu batik diberi pakan berupa ikan rucah segar yang dipotong atau dicacah kecil-kecil sesuai dengan lebar bukaan mulut ikan. Dapat juga diberikan makanan buatan berupa pelet. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari, yaitu pada pagi siang, dan sore hari dengan dosis (jumlah pakan) 10-15% dari total bobot badan ikan. Selain itu, kerapu batik juga dapat diberi tambahan vitamin seminggu sekali yang diberikan bersama pakan. Vitamin yang digunakan adalah Amolovit dengan dosis 1 gr/kg pakan dan Probiotik 1-2 cc/kg pakan.
3. Pembesaran
Biasanya setelah dipelihara 2-3 bulan di KJA penggelondongan, kerapu batik telah mencapai ukuran 200-250 gr/ekor. Pada saat ini, kerapu batik dapat dipindahkan ke keramba pembesaran. Padat penebaran dalam keramba pembesaran adalah berkisar antara 40-50 ekor/m3.
Pada tahap ini, pakan yang diberikan berupa ikan-ikan rucah segar atau pelet. Dosis pakan hanya 4-10% dari total bobot ikan per hari, yang diberikan 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Dalam tahap pembesaran ini juga dapat ditambahkan vitamin yang diberikan seminggu sekali dengan cara dicampurkan pada pakan. Biasanya dalam 2-3 bulan di keramba pembesaran, kerapu batik akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat 600-800 gr/ekor.
Selama pemeliharaan, KJA perlu dirawat dengan baik sehingga mendukung usaha peningkatan produksi. Mata jaring yang kecil akan memudahkan jaring keramba menjadi cepat kotor ditempeli organisme pengganggu, misalnya beberapa jenis alga, teritip, dan kerang-kerangan. Menempelnya organisme tersebut akan menghambat pertukaran air. Untuk mengatasinya, jaring keramba harus diganti. Jaring keramba yang kotor, dicuci dan dikeringkan, sehingga nantinya siap untuk menggantikan jaring keramba yang kotor. Biasanya bagi jaring keramba berukuran mata jaring kecil (1 inci), membutuhkan waktu ganti jaring 2 minggu, sedangkan bagi keramba jaring bermata 2 inci, membutuhkan waktu ganti antara 3-4 minggu.
Kegiatan lain yang perlu dilakukan adalah grading, yaitu penggolongan ikan berdasarkan ukurannya. Grading dilakukan karena pertumbuhan ikan seringkali tidak seragam, padahal kerapu kertang bersifat kanibal. Sifat buasnya ini akan menonjol apabila terjadi perbedaan ukuran. Ikan ikan yang berukuran besar tidak hanya memangsa ikan-ikan yang berukuran kecil, tetapi seakan-akan juga menjadi penguasa, sehingga ikan ikan kecil akan tersisih dalam segala hal, termasuk dalam persaingan memperoleh makanan. Untuk mencegahnya, perlu dilakukan penyeragaman ukuran setiap 2-4 bulan sekali.
Ikan juga harus dihindarkan dari kondisi stres yang akan menurunkan nafsu makan. Bahkan dalam kondisi lebih buruk, dapat menyebabkan ikan muntah-muntah sehingga menghambat pertumbuhan. Stres terjadi karena goncangan air atau perubahan kondisi lingkungan mendadak. Permukaan jaring juga sebaiknya ditutup dengan bilik atau shading net, agar ikan tidak mudah dimangsa oleh burung.
Comments
Post a Comment