Benih kakap gajah budi daya diperoleh dari penangkapan di alam dan pembenihan di hatchri. Penangkapan benih kakap gajah dilakukan di padang lamun, sekitar ekosistem mangrove, dan laguna. Sedangkan benih kakap gajah dari hatchri baru diproduksi di BBRPBL Gondol-Bali dengan harga Rp900,00/cm.
PEMELIHARAAN KAKAP GAJAH DI KJA
Dilihat dari habitat, kakap gajah dapat dibudidayakan di KJA dan tambak. Namun untuk memproduksi ikan konsumsi, sebaiknya kakap gajah dibudidayakan di KJA, karena kakap gajah memiliki warna merah cerah Ikan yang dipelihara di KJA warnanya lebih cerah dibandingkan ikan yang dipelihara di tambak. Warna ikan yang tidak cerah atau suram dapat menurunkan harga jual ikan.
Pemeliharaan kakap gajah di KJA dengan menggunakan benih dari hatchri juga dilakukan dalam tahap-tahap. Ini karena hatchri memasarkan benih pada ukuran 2-3 cm/ekor. Teknik pemeliharaan dengan cara ini dimaksudkan untuk meminimalkan mortalitas dan efisiensi dalam penggunaan pakan.
1. Pendederan
Umumnya, benih kakap gajah (dan kakap merah lainnya) mulai dipasarkan untuk dibesarkan setelah berumur 45 hari yaitu saat berukuran 2-3 cm/ekor, dengan bobot rata-rata 1,2 gr/ekor. Pada umur ini biasanya ukuran benih tidak seragam. masih bersifat kanibal dan cenderung berkumpul di satu tempat (bergerombol). Mengingat tingkat kematiannya yang masih tinggi pemeliharaan benih (pendederan) harus dilakukan secara khusus di bak-bak terkontrol, di KJA atau di tambak.
Pendederan di KJA harus melalui proses aklimatisasi yang dilakukan dengan dengan cara membuka kemasan berisi benih dan ditempatkan di sisi keramba selama 0.5-1 jam. agar terjadi penyesuaian suhu lingkungan secara perlahan. Kemudian, kantong dibuka dan posisi kantong dimiringkan dengan mulut kantong diturunkan ke arah permukaan air pada keramba pendederan, sehingga air di keramba pendederan sedikit demi sedikit masuk ke dalam kantong. Dengan demikian, benih ikan dapat keluar dari kantong dan dengan sendirinya masuk ke keramba pendederan.
Padat penebaran benih kakap gajah di KJA adalah 70-80 ekor/m3. Kemudian, setelah masa pemeliharaan 1.5-2 bulan, tingkat kepadatan dikurangi menjadi 60-70 ekor/m3. Kepadatan 60-70 ekor/ m3 ini dipertahankan sampai masa pemeliharaan benih (pendederan) mencapai 2-3 bulan.
Selama pendederan, ukuran pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan lebar bukaan mulut ikan. Sebagai pakannya, dapat digunakan rebon segar (udang kecil berukuran 1 cm) dan daging ikan rucah (minced fish) seperti teri (Stolophorus sp), tembang (Sardinella fimbriata), tel (Selar sp, Selaroides sp), peperek/tatameri (Leiognathus sp. Secutor Gazza sp), lemuru (Sardinella sirm). dan lain-lain, yang segar dan digiling. Jumlah pakan yang diberikan 10-15% per hari dari berat biomassa ikan dengan frekuensi pemberian pakan adalah 3-5 kali/hari. Agar pakan yang diberikan mencukupi sebaiknya setiap kali pemberian pakan diberikan hingga ikan benar-benar kenyang.
2. Penggelondongan
Setelah 2-3 bulan di pendederan, benih kakap gajah telah mencapai bobor 80-100 gr/ekor. Karena itu, benih dapat dipindahkan ke dalam keramba penggelondongan yang telah disiapkan. Padat penebaran dalam tahap ini sebaiknya berkisar antara 60-70 ekor/m3. Pada tahap penggelondongan ini digunakan jaring polietilen (PE) dengan ukuran mata jaring berkisar antara 0,5-1,0 inci.
Pada tahap ini kakap gajah diberi pakan berupa ikan rucah segar yang dipotong atau dicacah kecil-kecil sesuai dengan lebar bukaan mulut ikan. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari, yaitu pada pagi siang dan sore hari dengan dosis (jumlah pakan) 10-15% dari total bobot badan ikan. Selain itu, kakap gajah juga dapat diberi tambahan vitamin seminggu sekali yang diberikan bersama pakan Vitamin yang digunakan adalah Amolovit dengan dosis 1 gr/kg pakan dan Probiotik 1-2 cc/kg pakan.
3. Pembesaran
Biasanya setelah dipelihara 2-3 bulan di KJA penggelondongan, kakap gajah telah mencapai ukuran 200-250 gr/ekor. Pada saat ini, kakap gajah dapat dipindahkan ke keramba pembesaran. Kegiatan pembesaran dilakukan untuk menghasilkan ikan sesuai dengan permintaan pasar. Padat penebaran dalam keramba pembesaran berkisar antara 40-50 ekor/m3.
Pada tahap ini, pakan yang diberikan berupa ikan-ikan rucah segar. Sampai saat ini belum ada pakan buatan untuk kakap gajah. Dosis pakan hanya 4-10% dari total bobot ikan per hari, yang diberikan 2 kali sehan yaitu pada pagi dan sore hari. Dalam tahap pembesaran ini juga dapat ditambahkan vitamin yang diberikan seminggu sekali dengan cara dicampurkan pada pakan. Biasanya dalam 5.7 bulan di keramba pembesaran kakap gajah akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat 800-1.000 gr/ekor.
Untuk menghasilkan kakap gajah yang akan diekspor dalam bentuk filet, maka ikan dipanen pada ukuran minimal 1.000 gr/ekor. Kakap gajah akan mencapai ukuran 1.000 gr/ekor setelah dipelihara sekitar 7 bulan. Pada bulan ke-8 sekitar 80% ikan telah mencapai 1.000 gr/ekor.
Selama pemeliharaan KIA perlu dirawat dengan baik sehingga mendukung usaha peningkatan produksi. Mata jaring yang kecil akan memudahkan jaring keramba menjadi cepat kotor ditempeli organisme pengganggu, misalnya beberapa jenis alga, teritip, dan kerang kerangan. Menempelnya organisme tersebut akan menghambat pertukaran air. Untuk mengatasinya, jaring keramba harus diganti Jaring keramba yang kotor, dicuci dan dikeringkan, sehingga nantinya siap untuk menggantikan jaring keramba yang kotor. Biasanya bagi jaring keramba berukuran mata jaring kecil ( inci). membutuhkan waktu ganti jaring 2 minggu sedangkan bagi keramba jaring bermata 2 inci membutuhkan waktu ganti antara 3-4 minggu.
Kegiatan lain yang perlu dilakukan adalah grading, yaitu penggolongan ikan berdasarkan ukurannya. Grading dilakukan karena pertumbuhan ikan seringkali tidak seragam, sementara ikan sering bersifat kanibal Sifat buasnya ini akan menonjol apabila terjadi perbedaan ukuran. Ikan ikan yang berukuran besar tidak hanya memangsa ikan-ikan yang berukuran kecil, tetapi seakan-akan juga menjadi penguasa, sehingga ikan-ikan kecil akan tersisih dalam segala hal, termasuk dalam persaingan memperoleh makanan. Untuk mencegahnya, perlu dilakukan penyeragaman ukuran setiap 2-4 bulan sekali.
Ikan juga harus dihindarkan dari kondisi stres yang akan menurunkan nafsu makan. Bahkan dalam kondisi lebih buruk, dapat menyebabkan ikan muntah-muntah sehingga menghambat pertumbuhan. Stres terjadi karena goncangan air atau perubahan kondisi lingkungan secara men dadak. Permukaan jaring juga sebaiknya ditutup dengan bilik atau shading ner agar ikan tidak mudah dimangsa oleh burung.
Comments
Post a Comment