Pemeliharaan beronang lingkis di tambak dilakukan secara monokultur dan polikultur. Beronang lingkis dapat dipelihara secara ekstensif sampai intensif. Benih betonang lingkis dari hasil pembenihan terkontrol atau dari hasil penangkapan di alam yang berukuran 7-10 cm ditebar dengan kepadatan 20.000-30.000 ekor/ha atau 2-3 ekor/m2 untuk tambak yang dikelola semi intensif.
Untuk tambak yang dikelola secara intensif padat penebaran untuk benih yang sama sebanyak 4-5 ekor/m² atau 40.000 50.000 ekor/ha. Bila ukuran benih lebih besar, sekitar 13 cm. padat penebaran diturunkan menjadi 3 ekor/m2 atau 30.000 ekor/ha.
Pemeliharaan Beronang Lingkia di Tambak
Sebelum benih ditebar dilakukan dulu aklimatisasi suhu dan salinitas. Mula-mula kantong plastik berisi benih beronang diapungkan ke dalam air dan dibiarkan sekitar 15 menit atau sampai berembun, kemudian dituang dalam ember plastik yang bagian bawahnya telah dilubangi sehingga air sedikit demi sedikit dapat masuk ke ember sampai ember terendam air. Proses aklimatisasi membutuhkan waktu 30-45 menit.
Pakan beronang lingkis terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami terdiri dari klekap, lumut, dan plankton yang sudah ada di dalam tambak saat ikan ditebar juga pakan yang diberikan seperti rumput laut dan lamun. Untuk pakan buatan berupa butiran yang diberikan saat ikan beronang yang masih berukuran kecil. Pakan butiran yang telah dihancurkan diberikan sebanyak 3-5% dari biomassa.
Pada budi daya semiintensif pemberian pakan 1-2 kali sehari, sedangkan budi daya intensif. pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari. yaitu pukul 08.00, 13.00, dan 16.00.
Pengontrolan pakan sangat penting dilakukan untuk melihat apakah pakan yang diberikan sudah cukup atau belum. Untuk itu, pengontrolan dilakukan setelah 1-2 jam pemberian pakan. Kalau sebelum 1-2 jam pakan habis maka dosis pakan ditambah 5%. Kalau 1-2 jam pakan masih ada. dosis pakan dikurangi 5% dari total pemberian.
Bila dipelihara secara polikultur komoditas yang dapat dipolikultur dengan beronang antara lain bandeng (Chanos chanos), nila (Oreochromis niloticus), kepiting bakau (Scylla serrata), udang (Penaeus, Litopenaeus), dan rajungan (Portunus sp).
Padat penebaran dalam polikultur harus memperhatikan spesies utama yang hendak diproduksi. Apakah beronang sebagai spesies utama atau beronang sebagai spesies kedua? Jumlah spesies utama selalu lebih daripada spesies kedua dan seterusnya. Misalnya budi daya beronang lingkis dan nila, di mana beronang sebagai spesies utama. Bila sebuah tambak hendak ditebari 20.000 ekor benih, sekitar 15.000 berupa benih ikan beronang dan 5.000 sisanya untuk ikan nila.
Dalam budi daya udang atau kepiting, beronang dijadikan sebagai spesies kedua dalam polikultur. Beronang menjadi pengendali lumut dan berbagai fitoplankton di dalam tambak. Untuk polikultur kepiting bakau dan beronang, benih kepiting bakau berukuran 20-40 gr/ekor ditebar sebanyak 20.000/ha dan benih beronang sebanyak 2.000-2.500 ekor/ha. Padat penebaran yang sama dapat diterapkan pada polikultur udang dan beronang.
Cara tersebut memungkinkan pemanfaatan ruang secara optimal, karena udang dan kepiting mempunyai relung ekologi yang berbeda. Udang dan kepiting cenderung hidup di dasar perairan dan bersembunyi pada pematang atau substrat di dalam tambak, sedangkan beronang berenang bebas di dalam tambak.
Lama pemeliharaan beronang untuk mencapai ukuran konsumsi (200-400 gr/ekor) adalah 4-6 bulan. Beronang hasil panen diperdagangkan secara utuh, termasuk diekspor. Di rumah makan dan restoran, beronang disaji kan sebagai ikan bakar dan goreng dalam kondisi utuh.
Comments
Post a Comment