Lobster air tawar (Cherax sp) merupakan udang dengan perawakan yang garang. Hal ini karena tubuhnya mengalami perubahan morfologi sehingga tubuh dan capitnya menjadi berukuran besar. Tubuh lobster tertutup kulit yang beruas-ruas dan keras yang terbuat dari bahan kitin, serta terbagi menjadi dua bagian, yaitu kepala-dada (chephalothorax) dan badan-ekor (abdomen). Kepalanya tertutup kulit keras dengan bagian depan (rostrum) meruncing dan bergerigi.
Bagian kepala terdapat sepasang mata bertangkai, sepasang antena besar, dan sepasang antena kecil. Pada bagian kepala terdapat lima pasang kaki, tiga kaki di antaranya yaitu kaki pertama, kedua, dan ketiga mengalami perubahan bentuk dan berfungsi menjadi capit. Sepasang capit yang pertama besar dan kokoh berfungsi sebagai alat pertahanan diri dan untuk menangkap mangsa. Pada bagian belakang, yaitu perut dan ekor kulit terdiri dari empat pasang kaki renang, sedangkan ekornya berbentuk kipas dengan jumlah lima ruas.
Tubuh lobster memiliki warna bermacam-macam atau gabungan dari bermacam-macam warna. Kombinasi warna tersebut antara lain merah, biru-kehijauan, atau cokelat kehitaman dan biasanya terdapat variasi warna berbentuk bintik-bintik.
Perkembangan tubuh lobster biasanya didahului dengan proses pergantian kulit (moulting). Pada kondisi ini, lobster biasanya berada dalam kondisi lemah dan seperti udang yang lain pada kondisi moulting lobster kerap menjadi kanibal antar sesama lobster.
Lobster mengalami matang gonad setelah berumur 6-7 bulan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hingga menjelang pagi hari. Telur yang dihasilkan lobster betina tergantung dari Jenis lobsternya, tetapi biasanya antara 150-4.000 butir.
PENEBARAN BENIH LOBSTER AIR TAWAR
Benih lobster dapat diperoleh dari hasil membenihkan sendiri atau membeli dari pembenihan. Bila membeli pembudidaya harus benar benar mencari tempat pembenihan yang baik. Selain itu, untuk meminimalisasi terjadinya kematian benih akibat lamanya perjalanan lakukan proses transportasi sesuai standar pengangkutan benih lobster. Lakukan aklimatisasi ketika benih ditebarkan ke dalam kolam.
Kebutuhan benih lobster per luasan kolam terpal tergantung dari media yang disiapkan. Bila pada media banyak ditempatkan atau dibuat lubang-lubang naungan, kepadatan benih yang ditebar bisa lebih banyak, misalnya 40-100 ekor/m2.
PEMBERIAN PAKAN
Lobster termasuk pemakan segala (omnivora) misalnya plankton, benthos, cacing, periphyton, atau lumut. Namun jika dipelihara dalam kolam budidaya, lobster dapat diberi pakan buatan pabrik atau pelet.
Lobster dapat diberi pakan berupa cincangan wortel, ketela rambat oranye kecambah, atau cacing rambut. Untuk mempercepat pertumbuhan dan menjaga kesehatannya, ketika masih larva sebaiknya diberi pakan berupa Molna sp., Daphnia sp., atau Artemia sp., dan setelah mulai besar pemberian pakan yang paling praktis dengan pakan buatan atau pelet. Pakan buatan selain komposisinya mengandung gizi yang lebih baik (kandungan protein 35-42%) juga lebih praktis dalam pemberian dan penyimpanannya.
Lobster lebih senang bila pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit karena lobster memiliki kebiasaan memakan sedikit demi sedikit pakan yang telah dimakan biasanya akan dicerna habis selama 2-3 jam. Lobster akan merasa lapar lagi setelah tiga jam tersebut. Dalam sehari frekuensi pemberian pakan sebaiknya empat kali, yaitu pukul 07.00, 13.00, 17.00, dan 19.00.
Semakin besar tubuh lobster, persentase kebutuhan pakan menjadi lebih sedikit, tetapi frekuensi pemberiannya menjadi lebih banyak. Metode pemberian pakan seperti ini dianggap cukup efektif karena sisa pakan yang tidak termakan hanya sedikit.
PEMELIHARAAN
Dalam budidaya lobster, penggantian air merupakan hal yang mutlak dan sering dilakukan. Hal ini karena lobster sensitif terhadap kondisi kualitas air yang kurang baik. Selain untuk membersihkan sisa kotoran pada media budidaya, penggantian air yang sering akan merangsang lobster untuk moulting. Penyiponan sebaiknya dilakukan dua hari sekali. Untuk mempertahankan suhu tubuh lobster akibat penurunan suhu lingkungan yang mendadak, sebaiknya dipasang penghangat (water heater) di kolam budidaya, terutama untuk benih lobster yang masih kecil. Untuk budidaya pembesaran dengan kepadatan yang cukup tinggi sebaiknya ke dalam kolam diberikan aerasi agar lobster lebih mudah untuk memanfaatkan oksigen dari media air. Untuk pembenihan, gunakan air media yang mengalir pelan, gemericik, dan diberi aerasi sehingga suplai air dibuat sedemikian rupa agar mengalir dengan gemericik. Kondisi ini sangat disukai oleh lobster dan merangsang lobster untuk melakukan pemijahan.
Jika menggunakan air dari sungai atau ingin mengelola air dengan resirkulasi dapat dilakukan penyaringan air dengan treatment bak biofilter. Bak biofilter dibuat dari lapisan yang paling bawah gravel besar, ijuk, arang aktif pecahan karang, koral kecil kerikil gravel, dan spon.
Air dari sungai atau dari hasil pembuangan budidaya dimasukkan ke dalam bak biofilter untuk disaring hingga bersih. Selanjutnya, air saringan baru dialirkan ke kolam pemeliharaan.
Proses produksi lobster air tawar di kolam terpal |
Comments
Post a Comment