Budi Daya Kayu Manis: Pembibitan, Persiapan Lahan, Penanaman, Pemupukan, Pengendalian Hama, dan Panen Kayu Manis
Kayu manis merupakan tanaman kayu yang dapat hidup pada berbagai iklim. Ekologi alaminya hidup secara liar di hutan-hutan malaysia, Cina, dan indonesia pada ketinggian 0-2000 m dpl. Ketinggian ideal untuk usaha produksi adalah 500-1500 m dpl. Penanaman di dataran rendah menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat, tetapi produksi kulitnya kurang tebal dan rasanya kurang enak jika dibandingkan dengan dataran tinggi.
Tanaman kayu manis menghendaki iklim yang lembap dan banyak hujan sepanjang tahun, serta tidak ada musim kering yang panjang. Suhu rata-rata untuk pertumbuhan kayu manis berkisar 18-27° C. Akan tetapi, suhu rata-rata optimum untuk budi daya kayu manis adalah 25°C. Suhu ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Jika curah hujan tinggi suhu menjadi rendah sehingga kualitas kulitnya kurang baik dan kadar airya menjadi tinggi. Curah hujan optimum untuk pertumbuhan kayu manis yaitu 2000–2540 mm per tahun. Pada curah hujan yang rendah (kurang dari 1270 mm/tahun) , pertumbuhan menjadi terhambat dan produksinya menjadi lebih sedikit.
Kayu manis dapat tumbuh optimal pada tanah yang subur gembut, agak berpasir dan kaya bahan organik. Pada tanah berpasir, kayu manis akan menghasilkan kulit yang paling harum, sedangkan pada tanah liat, pertumbuhannya kurang baik. Kayu manis juga dapat tumbuh baik di daerah pantai dengan kondisi yang lembap dan air yang mengandung garam. Sebaliknya kayu manis tidak dapat tumbuh dan berproduksi optimal pada tanah rawa yang jenuh air. Selain itu, kulit yang dihasilkan pada kayu manis yang ditanam di tanah rawa juga menjadi kurang harum. Selain itu, kayu manis akan tumbuh baik pada lahan terbuka tanpa adanya naungan. Oleh karena itu tinggi tanaman umumnya dipertahankan hanya mencapai 15 m untuk mendapatkan cahaya yang optimal. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas cara Budi Daya Kayu Manis dari Pembibitan, Persiapan Lahan, Penanaman, Pemupukan, Pengendalian Hama, dan Panen.
Cara Budi Daya Kayu manis
1. Penyediaan bibit
Tanaman kayu manis dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif dengan menggunakan benih, sedangkan secara vegetatif dapat menggunakan tunas stek pucuk merunduk atau dengan kultur jaringan. Perbanyakan generatif dengan benih dapat menghasilkan keragaman yang cukup tinggi, mengingat sifat tanaman yang menyerbuk silang. Sebaliknya, penggunaan bibit secara vegetatif melalui tunas atau stek akan menghasilkan sifat yang sama dengan induknya. Di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam diperoleh informasi bahwa sekitar 439 lahan menggunakan bibit yang berasal dari benih dan 579 berasal dari tunas
Perbanyakan secara generatif
Perbanyakan secara generatif dilaporkan lebih baik dibandingkan dengan tunas atau stek. Tanaman memiliki perakaran yang lebih kuat dan kokoh, tetapi keragaman tanaman cukup beragam karena sifatnya yang menyerbuk silang. Akan tetapi, kendala dalam perbanyakan generatif adalah membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siap dipanen. Pohon induk terpilih akan menghasilkan benih bermutu yang memiliki daya kecambah tinggi. Benih tersebut diperoleh dari buah yang telah benar-benar masak pohon atau jatuhan. Benih yang baru dipanen memiliki viabilitas 90-94% dengan kadar air dan bobot benih masing-masing 35,01% dan 68,11g. Benih kayu manis tergolong benih rekalsitran, yaitu benih yang mutunya mudah mengalami kemunduran karena tingkat respirasi yang tinggi. Benih jenis ini relatif toleran terhadap pengeringanginan, tetapi sangat sensitif terhadap penyimpanan suhu rendah. Oleh karena itu benih kayu manis tidak bisa bertahan lama dan tidak boleh disimpan lebih dari satu minggu pada suhu kamar (27-28°C) atau lebih dari empat minggu pada suhu rendah(15-20°C).
Waktu terbaik untuk menyemai benih adalah tiga hari setelah benih dipanen dengan tingkat viabilitas yang paling tinggi. Benih umumnya ditumpuk terlebih dahulu hingga daging buahnya membusuk. Benih dapat langsung disemai di bedengan dan polybag. Benih disemai pada bedengan dengan jarak 5 cm kedalaman 0,5-Cm dari permukaan tanah Selanjutnya benih ditutup dengan tanah halus atau pupuk kandang yang sudah matang. Untuk penanaman di polybag, masing-masing polybag disi sebanyak satu benih, lalu ditutup dengan tanah halus setebal 0,5-1 cm. Selanjutnya polybag disusun rapi di tempat yang ternaungi. Biasanya benih mulai berkecambah setelah 5-15 hari semai dengan daya kecambah 80-85%. Perendaman benih dalam GA3 (150 ppm) atau triourea (1500 ppm) dapat mempercepat dan meningkatkan perkecambahan hingga 98%. Selain itu, GA3 juga berperan dalam mematahkan dormansi benih. Setelah 1-2 bulan, kecambah biasanya sudah memiliki dua helai daun. Pada saat ini, semaian dapat dipindahkan ke bedengan atau polibag pembiakan untuk mempercepat pertumbuhan bibit. Pada bedeng pembiakan, semalam ditanam dengan jarak 20-25 cm. Untuk semaian pada polibag, bibit bisa langsung ditanam dengan jumlah satu semaian untuk setiap polybag. Di persemaian kedua, tanaman masih memerlukan naungan selama beberapa hari. Frekuensi penyiraman sebaiknya cukup satu kali sehari. Selain itu, dilakukan pula pemupukan dengan urea sebanyak satu sendok teh untuk setiap bibit yang ditaburkan ke sekeliling bibit. Kemudian bibit dapat dipindah tanam ke lapangan setelah berumur 8-12 bulan di persemaian dan mencapai tinggi 60-80 cm. Bibit yang berasal dari persemaian dipindahkan dengan cara dicabut perlahan. Agar perakarannya tidak putus dan rusak, sebaiknya tanah juga disertakan.
Tingkat kegagalan tanaman asal bibit cukup tinggi sehingga diperlukan beberapa perlakuan berikut:
- Angkat bibit dari luar batas perairan dengan menggunakan sekop Jangan sampai akar tunggangnya rusak atau putus.
- Potong bagian pucuk hingga bagian batang pokok yang sudah agak tua (tidak lunak) tersisa 60-70 cm.
- Kurangi percabangan. Potong sedikit akar cabang dengan pisau atau gunting.
- Bungkus akar dengan tanah basah maupun rumput atau daun kering yang telah dibasahi Beberapa bibit disatukan dengan cara membungkus perakarannya dengan pelepah daun pisang atau lembaran plastik.
- Kurangi sebagian daun untuk mengurangi penguapan.
Untuk mendapatkan bibit unggul dan bermutu tahap pertama adalah dilakukan pemilihan pohon induk yang memiliki pertumbuhan baik dan berbatang besar. Pohon induk sebaiknya telah berumur lebih dari 10 tahun, memiliki performa tanaman yang baik, batang menyebar dan memiliki kualitas kulit yang baik. Di Indonesia, pemilihan pohon induk umumnya belum ditentukan berdasarkan varietas, melainkan dibedakan berdasarkan pucuk daun yang berwarna hijau dan merah.
Perbanyakan secara vegetatif
Perbanyakan kayu manis secara vegetatif memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih cepat tumbuh dan menghasilkan dan memiliki sifat yang sam dengan induknya. Perbanyakan vegetatif dapat menggunakan tunas, stek. merunduk atau kultur jaringan.
a. Tunas
Bibit yang berasal dari tunas memiliki kelebihan, yaitu pertumbuhan yang lebih cepat. Setelah berumur 12-18 bulan tanaman tersebut dapat dijadikan sebagai induk untuk perbanyakan setek. Perbanyakan dengan tunas umumnya dilakukan karena tanaman dipanen sebelum menghasilkan buah sehingga batang pokok tanaman yang tersisa di kebun bisa menumbuhkan tunas. Perbanyakan dengan tunas sudah lama dilakukan petani, bahkan lebih cepat memberikan hasil. Namun jika langsung ditanam di kebun, tingkat hidup bibit menjadi sangat kecil. Seperti halnya perbanyakan secara generatif perbanyakan dari tunas juga harus berasal dari pohon induk terpilih. Pohon induk terpilih harus dirawat dengan baik hingga menghasilkan tunas.
Pemeliharaan pohon induk dapat dilakukan dengan cara menimbun pohon induk (mound layering) dengan tanah subur atau campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:2. Selanjutnya pohon disiram sebanyak dua hari sekali, serta dilakukan pembersihan gulma di seluruh areal pohon. Tunas akan tumbuh di sekitar pohon setelah beberapa bulan.
Dalam satu batang pokok dapat tumbuh tunas hingga mencapai 12 tunas. Akan tetapi, tidak semuanya bisa dijadikan bibit. Hanya tunas yang memiliki akar saja yang bisa dijadikan bibit. Tunas yang telah berakar dan mencapai tinggi 50-60 cm dapat dipisahkan dari pohon induk sebagai bibit. Setelah dipisahkan tunas sebaiknya dibungkus dengan tanah dan dilapisi kembali dengan plastik untuk menjaga agar tunas tetap segar dan tidak mudah mati saat akan ditanam. Tunas yang telah berumur 12 bulan dan telah memiliki daun yang tua siap untuk ditanam di lapangan sebagai tanaman baru.
b. Stek
Bibit asal setek dapat dipindah tanam setelah memiliki tinggi 50-60 cm. Perbanyakan dengan setek jarang digunakan karena tingkat kegagalannya lebih tinggi dibandingkan dengan perbanyakan lainnya. Setek yang biasa digunakan berupa setek pucuk. Adapun media tanam yang digunakan sama seperti media penyemaian benih. Setek sebaiknya diambil dari pohon induk yang penampilannya baik dan sehat. Pucuk dipotong sepanjang 15-20 cm. Arah potongannya harus miring dan daun pucuk yang disisakan cukup 2-3 helai agar mengurangi penguapan. Untuk mempercepat proses keluarnya akar dan meningkatkan daya pulih, dapat ditambahkan zat pengatur tumbuh (ZPT) dengan dosis anjuran pada kemasan.
c. Merunduk
Merunduk dapat dilakukan pada ranting yang telah berumur 6-12 bulan. Sekitar 2 cm dari batang utama ranting terpilih dibengkokkan Saat warna kulit batang telah berubah dari hijau menjadi cokelat. Ranting diikat dan dibungkus dengan spagnum moss dan media penumbuh akar yang tepat yang dibungkus dengan plastik di atas permukaan tanah. Layer siap dipisahkan dari pohon induk dalam tiga bulan kemudian setelah muncul akar-akarnya. Selanjutnya plastik dari anakan dilepas dan dipindahkan ke dalam kantong polythene dan ditempatkan di bawah naungan selama sebulan yang selanjutnya dipindah tanam.
d. Kultur jaringan
Keuntungan dari kultur jaringan adalah dapat menghasilkan bibit dalam jumlah lebih banyak, lebih tahan hama dan penyakit dan karakter lain yang diinginkan. Akan tetapi metode ini membutuhkan biaya yang lebih besar sehingga akan lebih menguntungkan jika dilakukan dalam skala besar. Kultur jaringan pada kayu manis dapat diperoleh dari bagian hipokotil bibit yang ditumbuhkan pada media MS (Murashige and Skoog's) dengan penambahan a naphthalene acetic acid (NAA) dan 6-Benzylamino purine (BAP) 0,5 mg/l Kultur jaringan juga bisa berasal dari bagian emrio somatik dari bibit.
2. Persiapan lahan
Sebelum dilakukan penanaman lahan harus bersih dari semak dan gulma. Sisa perakarannya dibersihkan lalu lahan dicangkul sebanyak dua kali agar tekstur tanahnya menjadi gembur dengan kedalaman minimal 20 cm Jarak tanam ideal adalah 3 m x 3 m atau 4 m x 4 m. Lubang tanaman sebaiknya dibuat dengan ukuran yang lebih besar yaitu 40 cm x 40 cm x 40 cm. Selanjutnya, lubang tanam ditutup kembali dengan tanah galian yang telah dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 20-30 kg/lubang.
3. Penanaman
Penanaman yang tepat sebaiknya dilakukan saat musim hujan, mengingat sifat pohon yang memerlukan naungan dan jumlah air yang cukup untuk pertumbuhannya. Tanaman kayu manis dapat dibudidayakan dalam dua sistem penanaman, yaitu monokultur dan tumpang sari. Penanaman kayu manis dilakukan dengan membuat lubang terlebih dahulu pada bekas lubang tanam yang dibuat 1-2 bulan sebelumnya. Lubang baru yang dibuat cukup berukuran sama atau lebih besar dari perakaran bibit. Selanjutnya bibit diletakkan di tengah lubang, lalu ditimbun dengan tanah.
Sistem monokultur
Seluruh areal tanam hanya ditanami kayu manis dengan jarak tanam yang rapat. Petani di Sumatera Barat umumnya menggunakan jarak tanam 1,5 m x 1,5 m sehingga populasi dalam satu hektar mencapai 4400 pohon/ha. Optimalisasi tanaman dapat dilakukan melalui penjarangan saat tanaman telah berumur 6 dan 10 tahun.
Sistem tumpang sari
Pada sistem ini, lahan juga ditanami dengan tanaman lain sambil menunggu tanaman pokoknya menghasilkan. Jenis tanaman lain yang biasanya digunakan adalah palawija, kopi, sayur, buah, dan cengkeh. Jarak tanam yang digunakan menjadi lebih lebar, umumnya berkisar antara 2 m x 2 m; 2,5 m x 2,5 m: 3 m x 3 m;4 m x 4 m; atau 5 m x 5 m, tergantung jenis tanamannya.
Untuk bibit yang berasal dari tunas, arah penanaman dibuat agak miring. Kemudian bibit juga perlu diikat pada ajir. Untuk mencegah penguapan yang berlebihan, jumlah daun sebaiknya dikurang. Sementara itu untuk merangsang tumbuhnya tunas baru sebagian batang bibit perlu dipotong sebelum ditanam.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan agar diperoleh pertumbuhan tanaman yang optimal sehingga tanaman dapat menghasilkan produksi tinggi. Kegiatan pemeliharaan meliputi penyulaman penyiraman pemupukan penyiangan penjarangan dan pengendalian hama dan penyakit.
Penyulaman dan penyiraman
Penyulaman dilakukan sekitar tiga bulan setelah penanaman. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada saat musim hujan dengan bibit yang sehat. Pada musim kemarau penyiraman perlu dilakukan setiap hari atau dua hari sekali sedangkan pada musim penghujan penyiraman hanya dilakukan jika keadaan di lapang kurang mendapatkan air.
Pemupukan
Satu tahun pertama pupuk yang diberikan berupa pupuk kandang/kompos 20 kg per pohon dan 20 g N, 20 g P205; dan 25 g K2O setiap tahunnya.
Selanjutnya ditambahkan menjadi 50 kg pupuk kandang dan 200 g N; 180 g P2O5; dan 200 g K20 per tanaman per tahun saat tanaman berumur enam tahun atau lebih dan meningkat menjadi dua kali dosis awal saat tanaman telah berumur 15 tahun. Pemupukan dapat juga dilakukan dengan menggunakan pupuk majemuk NPK 15-15-15 atau pupuk tunggal urea, TSP dan KCL dengan perbandingan masing-masing 2:1:1. Dosis pemupukan dilakukan berdasarkan umur tanaman yang disajikan pada Tabel
Penyiangan
Penyiangan dilakukan satu bulan sejak tanaman dipindahkan ke kebun. Sampai tahun pertama sejak penanaman, penyiangan perlu dilakukan setiap bulan. Setelah tanaman berumur 2-4 tahun, penyiangan cukup dilakukan tiga bulan sekali. Selanjutnya, tanaman disiangi 4-6 bulan sekali.
Pemangkasan dan penjarangan
Pemangkasan (pruning) dilakukan setelah tanaman berumur dua tahun, saat tanaman menjadi seperti belukar. Pemangkasan cabang-cabang yang tumbuh dilakukan hingga tanaman mencapai tinggi 2-3 m dan diamater 1,2-5,0 cm agar batang dapat tumbuh lurus. Setelah pemangkasan dilakukan pembumbunan untuk mendorong tumbuhnya tunas. Selain itu, penjarangan dilakukan jika jarak tanam terlalu rapat.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit menjadi salah satu masalah dalam budi daya kayu manis karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman serta menurunkan produksi dan kualitas kulit kayu manis. Beberapa hama dan penyakit yang menyerang tanaman kayu manis dan teknis pengendaliannya, di antaranya sebagai berikut
Hama
a. Ulat sikat
Ulat sikat merupakan larva kupu-kupu Dasychira mendosa. Gejala serangannya terlihat dari kerusakan pada daun tanaman akibat digerogoti ulat. Pengendaliannya dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi. Cara fisik dilakukan dengan menangkap ulat yang menempel pada daun. Lalu dibuang dan dimusnahkan. Sementara itu, daun bekas gigitannya dipotong dan dibuang. Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida kontak.
b. Kutu loncat
Kutu loncat atau psyllid merupakan keluarga Psyllidae yang kebanyakan merupakan kutu pinjal atau kutu anjing. Gejala serangan terlihat seperti gelembung-gelembung berbentuk tidak menentu pada permukaan daun. Pengendaliannya dilakukandengan pemberian insektisida berbahan aktif sipermetrin.
c. Larva kupu-kupu (Chilasa clytia)
Larva kupu-kupu kayu manis Chilasa clytia merupakan salah satu hama serius pada pertanaman kayu manis yang dapat menyerang tanaman di persemaian maupun di lapangan. Kupu-kupu akan memakan daun tua hingga hanya menyisakan tulang daunnya saja. Serangan yang parah dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan bahan kimia aktif quinalphos 0,05%.
d. Karat daun
Karat daun disebabkan oleh hama Conopomarpha civica. Hama ini akan menimbulkan bercak pada bagian daun. Pada bagain bercak tersebut tersimpan larva yang dapat memakan seluruh jaringan daun bagian bawah maupun atas. Kumpulan larva akan menyebabkan bentuk daun menjadi mengkerut, berubah bentuk (malformasi), menjadi kering dan berlubang. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan bahan kimia aktif monocrotophos 0,05% dan quinalphos 0,05%.
Penyakit
a. Kanker baris
Kanker baris atau dikenal juga dengan penyakit akar merupakan penyakit yang menyerang cabang tanaman yang berumur muda, 2-3 tahun. Penyebab penyakit ini adalah Phytophthora cinnamomi Rands yang banyak berkembang pada kondisi drainase yang buruk. Kerusakan akibat penyakit ini dapat mencapai 42%. Patogen ini menyerang tanaman melalui luka pada akar dan hidup di dalam tanah hingga bertahun-tahun.
Gejala penyakit kanker baris adalah terdapatnya garis-garis hitam selebar 5 cm pada kulit batang pokok. Infeksinya dimulai dari kulit batang dekat leher akar dan menjalar hingga ketinggian 10-15 m. Kambium batang akan mengering dan kayu di bawahnya menjadi mati. Pengendalian penyakit dapat dilakukan secara fisik dengan mengupas seluruh bagian kulit tanaman yang sakit. Pinggiran garis hitam hingga kulit sehat ditoreh selebar 1-2 cm, selanjutnya luka tersebut ditutup dengan ter atau karbol-parafin yang mengandung carbolineum 8%. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan pemberian fungisida Dithane M45 80 WP dengan dosis yang dianjurkan seperti pada label kemasannya.
b. Busuk akar
Penyakit busuk akar disebabkan oleh Rosellinia spp. atau cendawan Fusarium oxysporum. Penyakit ini menyerang dan merusak sistem vaskular dengan infeksi melalui akar. Serangan umumnya terjadi setelah musim hujan saat cuaca menjadi lebih lembap dan hangat. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan aplikasi Trichoderma yang diberikan saat tanaman di persemaian maupun di lapangan
c. Bercak daun
Penyakit bercak daun disebabkan karena Colletorticum gloesporioides Penyakit ini dapat dilihat dengan munculnya bercak atau noda kecil pada daun yang selanjutnya menghasilkan pola yang tidak beraturan dan dapat mengakibatkan nekrotik atau daun menjadi berlubang-lubang. Serangan dapat terjadi di persemaian maupun di lapangan. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan 1% bordeaux mixture atau 0,3% mancozeb.
6. Panen
Seluruh bagian kayu manis dapat dipanen. Akan tetapi, bagian kulit dan daun merupakan produk utama dalam produksi kayu manis. Bagian kulit memiliki harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bagian daun sehingga banyak sistem budi daya yang hanya mengarahkan untuk produksi bagian kulit saja
Umur panen
Produksi kulit kayu manis akan semakin tinggi dengan bertambah tuanya umur tanaman. Hal tersebut karena kulit akan terus menebal dari waktu ke waktu. Produksi kulit kayu manis dapat mencapai 2,0-2,5 kg kulit kering per pohon setelah berumur delapan tahun. Ditinjau dari stick-nya, kualitas terbaik kulit kayu manis diperoleh pada umur panen 6-12 tahun. Hal ini karena kulit tanaman belum begitu tebal sehingga dapat menggulung dengan baik. Hanya saja, kandungan minyak pada umur 6-12 tahun masih rendah. Kandungan minyak tertinggi diperoleh saat tanaman telah berumur lebih dari 15 tahun. Kayu manis terbaik diperoleh dari kulit batang yang tipis dari ujung tunas hingga bagian tengah tunas.
Waktu panen
Waktu terbaik untuk panen ditandai dengan warna daun yang hijau tua dan sudah tidak muncul lagi bunga. Pada kondisi tersebut tanaman sudah cukup banyak mengandung aliran getah di antara kayu dan kulit sehingga kulit mudah terkelupas. Waktu panen terbaik juga harus disesuaikan dengan musim yaitu saat musim hujan karena kulit mudah dikupas.
Sistem panen
Sistem panen menentukan mutu kayu manis yang dihasilkan. Terdapat empat sistem panen yang bisa dilakukan, yaitu sebagai berikut.
a. Sistem tebang sekaligus
Sistem panen ini dilakukan dengan memotong langsung tanamannya dengan jarak potong mendekati tanah kemudian batang dikuliti. Sistem panen ini paling banyak dilakukan oleh petani kayu manis di Indonesia.
b. Sistem Situmbuk
Sistem ini biasa dilakukan oleh petani di daerah Situmbuk Sumatera Barat. Sekitar dua bulan sebelum penebangan kulit batang tanaman di kupas melingkar, mulai pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang hingga 80-100 cm. Selanjutnya tanaman ditebang pada ketingglan 5 cm dari pangkal batang. Penyiksaan tunggul tanaman bertujuan untuk menumbuhkan tunas baru yang bisa dijadikan bibit.
c. Sistem batang dipukuli sebelum ditebang
Sistem ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kulit yang lebih tebal. Pada sistem ini, kulit batang dipukuli secara melingkar. Pemukulan batang tersebut dilakukan dua bulan sebelum tanaman dikuliti. Adapun alat yang digunakan sebagai pemukul berupa benda keras seperti pemukul dari kayu. Dengan cara ini, bekas pukulan akan menghasilkan pembengkakan pada kulit sehingga dapat meningkatkan hasil panen.
d. Sistem Vietnam
Pada sistem ini kulit dikupas membentuk persegi panjang dengan ukuran 10 cm x 30 cm atau 10 cm x 60 cm. Pengupasan kulit dilakukan secara berselang seling sehingga terlihat seperti gambar kotak papan catur. Untuk memudahkan pengupasan, kulit batang ditoreh dengan bentuk dan ukuran kulit yang diinginkan. Setelah perawatan bagian batang bekas pengupasan akan menumbuhkan kalus baru. Selanjutnya kulit akan saling bertaut. Kulit batang yang belum dikupas bisa dipanen dengan menyisakan bagian kulit yang baru tumbuh.
Jenis panen
Pada umumnya terdapat dua jenis panen yang bisa dilakukan yaitu sebagai berikut
a. Panen penjarangan
Umumnya petani mulai menjarangkan tanaman saat berumur tiga tahun. Tujuannya agar jarak tanamnya tidak terlalu rapat membuat tanaman tumbuh lurus dan menghambat pertumbuhan cabang, serta membuang tanaman yang sakit dan pertumbuhannya lambat. Kendala umum yang biasa dihadapi pada kegiatan ini adalah biaya karena penjarangan lebih awal membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tanaman yang relatif muda saat dipanen biasanya memiliki mutu kayu yang rendah tetapi masih laku dijual di pasar lokal.
b. Panen total
Pada panen ini semua tanaman di kebun ditebang, termasuk tunas yang dibiarkan tumbuh dari pangkal batang bekas penjarangan pertama dan kedua. Biasanya panen total dilakukan setelah tanaman berumur 15 tahun. Caranya pun seperti pada penjarangan yaitu ditebang pada ketinggian 5-10 cm.
Pengelupasan kulit
Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam pengelupasan kulit yaitu pengulitan sebelum dan sesudah penebangan.
a. Pengulitan sebelum penebangan
Pada cara ini, tanaman dikuliti sebelum ditebang. Dengan begitu,kebersihan kulit tetap terjaga karena batang belum menyentuh tanah. Sebelum dipanen kulit yang masih melekat pada tanaman dibersihkan dari lumut dan kotoran lain dengan cara ditorah atau dikerok. Setelah bersih, kulit dikerat melingkari batang pada ketinggian 5-10 cm di atas leher akar dan pada ketinggian 100 cm dari keratan pertama. Selanjutnya. kulit di antara batas keratan bawah dan atas ditoreh tegak lurus bergaris-garis dengan jarak sekitar 5-10 cm. Selanjutnya kulit dicungkil dengan pisau pengungkit dan ditarik dari atas ke bawah. Dengan demikian, diperoleh kulit selebar 5-10 cm dan panjang 100 cm. Setelah pengelupasan kulit selesai, tanaman ditebang. Penebangan dilakukan pada ketinggian5-10 cm dan leher akar atau batas pengulitan terbawah.
b. Pengulitan setelah penebangan
Pengulitan setelah penebangan biasa dilakukan petani di Indonesia. Padahal kualitas kulit yang dihasilkan sangat rendah. Setelah ditebang. batang dipukul pukul untuk memudahkan pengelupasan. Namun, cara Ini mengakibatkan kulit menjadi rusak bahkan warna kulit menjadi hitam setelah dijemur.
Comments
Post a Comment